Kali ini saya akan menjelaskan konsep ITIS degan menggunakan contoh yang bisa kita gunakan bersama. Dalam pembuatan Instruksi Kerja (IK) atau Prosedur untuk pekerja dilapangan, untuk contoh kali ini kita misalkan: "Instruksi Kerja Bekerja/Memanjat pada Malam Hari"; maka dari pembuatan, pengenalan sampai dengan implementasi bisa menggunakan konsep "ITIS" sehingga memudahkan kita apakah kita sudah melaksanakan semua siklus sehingga IK itu efektif sesuai sasarannya.
Ambil contoh bahwa bekerja di ketinggian atau memanjat menara telekomunikasi sudah menjadi hal yang biasa pada siang hari, maka perlu ada perlakukan/persiapan khusus untuk bekerja pada malam hari, tetapi karena tenggat pekerjaan maka banyak kendala dalam hal sosialisasi serta implementasinya. Bila kita meninjau kembali konsep "ITIS", pada konsep langkah Information, setelah kita susun IK yang diperlukan untuk memanjat pada malam hari, IK tersebut harus disampaikan ke pengguna (rigger atau climber) dengan cara yang tepat, bisa dengan menggunakan berbagai media, tergantung cara dari perusahaan masing-masing. Dari pengalaman apabila IK tersebut ditujukan kepada pekerja di level pelaksana, maka paling tepat adalah dengan menyampaikan dalam bentuk salinan tertulis (surat, memo dsb) dibandingkan lewat email, sms atau media softcopy lainnya. Disarankan juga untuk memastikan proses penyampaian itu dilakukan bersama-sama dengan tim yang biasa bekerja dalam satu kelompok, dari interaksi pada saat penyampaian akan membantu menyamakan pengertian dari kelompok rigger atau climber tersebut.
Training (pelatihan) adalah langkah berikutnya yang perlu dilakukan, walaupun dalam beberapa kejadian penyampaian Information bisa dilakukan bersaman dengan Training, biasanya pelatihan merupakan sesi khusus yang lebih terkendali dibandingkan dengan sekedar penyampaian informasi. Pada langkah Information sebelumnya mungkin saja dilakukan secara lebih singkat untuk mempercepat proses penyampaian karena misalnya ada keterbatasan waktu dan tempat. Pelatihan sebaiknya dilakukan lebih terstruktur dan mempunyai ukuran serapan dari materi pelatihan oleh peserta, ini bisa dilakukan dengan pre-test sebelum masuk ke materi pelatihan, kemudian dilakukan post-test setelah dilakukan pelatihan. Bentuk pelatihan bisa bermacam-macam, tetapi dalam konteks kondisi IK bekerja malam hari ini, kita pastikan semua tim melakukan praktik atau paling tidak mensimulasikan apa yang harus mereka lalukan sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Dalam langkah berikutnya yaitu Instruction juga mungkin bisa dikelompokkan atau dianggap apabila kita sudah mempunyai IK yang tertulis kita sudah melakukan langkan Instruction, tetapi dalam konteks ini sebenarnya lebih ke arah 'perintah' dari atasan atau manajemen untuk pelaksanaannya termasuk apabila didalamnya ada komitmen - komitmen yang harus ditepati oleh semua pihak, misalkan bahawa manajemen akan mengadakan fuill body harness yang sesuai dengan kebutuhan dan karyawan wajib membuat laporan perawatan Alat Pelindung Diri (APD) dsb. Jadi harus ada kejelasan bahwa IK tersebut harus dilaksanakan sesuai instruksi dari manajemen atau perusahaan. Semakin jelas instruksinya semakin bagus implementasinya.
Langkan yang terkahir adalah Supervision (pengawasan), dimana tanpa pengawasan maka IK yang bagus sekalipun tidak akan ada gunanya. Misalkan kita sudah menggunakan konsultan dan membayar mahal untuk sebuah IK tetapi ternyata hanya menjadi dokumen yang tersimpan rapi sebagi kelengkapan administrasi saja. Ketika tiga langkah sebelumnya telah dilaksanakan dengan baik pada saat pengawasan bia meilhat contoh IK bekerja pada malam hari, maka manajemen sebaiknya melakukan pengawasan yang memastikan konsistensi IK tersebut dilaksanakan. Bisa berbeda-beda setiap perusahaan, tetapi dalam contoh kita kali ini, maka pengawasan yang paling tepat adalah mendelegasikan kepada level yang berada di atas kelompok yang bekerja tersebut, pelaksanaannya bisa dengan pengawasan/inspeksi ke tempat kerja kelompok rigger/climber tersebut atau melakukan kunjungan dadakan untuk mencegah tidak adanya kamuflase atau persiapan sebelum dilakukan inspeksi oleh atasan kelompok/tim tersebut.
Jadi "ITIS" ini memang sangat generik dan bisa digunakan dalam banyak hal di K3, paling aman kita bisa mengikuti siklus "ITIS" ini sehingga kita punya "mental note" bahwa semua langkah yang diperlukan telah dilakukan. Variasi dari pelaksanaan ITIS ini bisa beragam sesuai dengan tingkat kematangan sebuah organisasi/perusahaan, tetapi semua bisa dimulai dengan hal yang paling sederhana. Selamat mencoba.
Ambil contoh bahwa bekerja di ketinggian atau memanjat menara telekomunikasi sudah menjadi hal yang biasa pada siang hari, maka perlu ada perlakukan/persiapan khusus untuk bekerja pada malam hari, tetapi karena tenggat pekerjaan maka banyak kendala dalam hal sosialisasi serta implementasinya. Bila kita meninjau kembali konsep "ITIS", pada konsep langkah Information, setelah kita susun IK yang diperlukan untuk memanjat pada malam hari, IK tersebut harus disampaikan ke pengguna (rigger atau climber) dengan cara yang tepat, bisa dengan menggunakan berbagai media, tergantung cara dari perusahaan masing-masing. Dari pengalaman apabila IK tersebut ditujukan kepada pekerja di level pelaksana, maka paling tepat adalah dengan menyampaikan dalam bentuk salinan tertulis (surat, memo dsb) dibandingkan lewat email, sms atau media softcopy lainnya. Disarankan juga untuk memastikan proses penyampaian itu dilakukan bersama-sama dengan tim yang biasa bekerja dalam satu kelompok, dari interaksi pada saat penyampaian akan membantu menyamakan pengertian dari kelompok rigger atau climber tersebut.
Training (pelatihan) adalah langkah berikutnya yang perlu dilakukan, walaupun dalam beberapa kejadian penyampaian Information bisa dilakukan bersaman dengan Training, biasanya pelatihan merupakan sesi khusus yang lebih terkendali dibandingkan dengan sekedar penyampaian informasi. Pada langkah Information sebelumnya mungkin saja dilakukan secara lebih singkat untuk mempercepat proses penyampaian karena misalnya ada keterbatasan waktu dan tempat. Pelatihan sebaiknya dilakukan lebih terstruktur dan mempunyai ukuran serapan dari materi pelatihan oleh peserta, ini bisa dilakukan dengan pre-test sebelum masuk ke materi pelatihan, kemudian dilakukan post-test setelah dilakukan pelatihan. Bentuk pelatihan bisa bermacam-macam, tetapi dalam konteks kondisi IK bekerja malam hari ini, kita pastikan semua tim melakukan praktik atau paling tidak mensimulasikan apa yang harus mereka lalukan sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Dalam langkah berikutnya yaitu Instruction juga mungkin bisa dikelompokkan atau dianggap apabila kita sudah mempunyai IK yang tertulis kita sudah melakukan langkan Instruction, tetapi dalam konteks ini sebenarnya lebih ke arah 'perintah' dari atasan atau manajemen untuk pelaksanaannya termasuk apabila didalamnya ada komitmen - komitmen yang harus ditepati oleh semua pihak, misalkan bahawa manajemen akan mengadakan fuill body harness yang sesuai dengan kebutuhan dan karyawan wajib membuat laporan perawatan Alat Pelindung Diri (APD) dsb. Jadi harus ada kejelasan bahwa IK tersebut harus dilaksanakan sesuai instruksi dari manajemen atau perusahaan. Semakin jelas instruksinya semakin bagus implementasinya.
Langkan yang terkahir adalah Supervision (pengawasan), dimana tanpa pengawasan maka IK yang bagus sekalipun tidak akan ada gunanya. Misalkan kita sudah menggunakan konsultan dan membayar mahal untuk sebuah IK tetapi ternyata hanya menjadi dokumen yang tersimpan rapi sebagi kelengkapan administrasi saja. Ketika tiga langkah sebelumnya telah dilaksanakan dengan baik pada saat pengawasan bia meilhat contoh IK bekerja pada malam hari, maka manajemen sebaiknya melakukan pengawasan yang memastikan konsistensi IK tersebut dilaksanakan. Bisa berbeda-beda setiap perusahaan, tetapi dalam contoh kita kali ini, maka pengawasan yang paling tepat adalah mendelegasikan kepada level yang berada di atas kelompok yang bekerja tersebut, pelaksanaannya bisa dengan pengawasan/inspeksi ke tempat kerja kelompok rigger/climber tersebut atau melakukan kunjungan dadakan untuk mencegah tidak adanya kamuflase atau persiapan sebelum dilakukan inspeksi oleh atasan kelompok/tim tersebut.
Jadi "ITIS" ini memang sangat generik dan bisa digunakan dalam banyak hal di K3, paling aman kita bisa mengikuti siklus "ITIS" ini sehingga kita punya "mental note" bahwa semua langkah yang diperlukan telah dilakukan. Variasi dari pelaksanaan ITIS ini bisa beragam sesuai dengan tingkat kematangan sebuah organisasi/perusahaan, tetapi semua bisa dimulai dengan hal yang paling sederhana. Selamat mencoba.